Inilah Duniaku Sekarang!
23.34
Namaku?
Apa lah arti sebuah nama, rasanya tidak begitu penting. Biasanya anak-anak itu
memanggilku dengan sebutan “miss”. Sebagian besar masa hidupku setelah dewasa
bertemu dengan anak-anak yang menderita gangguan emosi, perilaku, Autisme,
ADHD, Disleksia, DS serta kebutuhan khusus lainnya. Awalnya saya bekerja
mati-matian belajar memahami mereka, kata orang-orang mereka tidak sama, mereka
berbeda dari anak-anak lain pada umumnya. Perlu ada semacam pengetahuan khusus
untuk menangani mereka. “Ah, sangat susah!” pikirku. Apalagi buat yang baru
pertama terjun saat itu. Melihat anak autis, “Ah, sungguh kasihan, ya?” itulah
mungkin yang banyak dipikirkan orang-orang yang bertemu dengan mereka. Belum
lagi saya bertemu dengan para Ds, kalian tahu apa yang saya pikirkan? Saya
ingin memberikan banyak cinta untuk mereka, tapi saya bingung. “Susah banget,
menangani anak-anak itu!” namun dalam hati saya telah lama tahu bahwa kunci
untuk benar-benar dapat memahami mereka, cinta saja tidak cukup. Sebuah ketulusan
akan membuat kita mengerti. Memberikan tempat bagi mereka untuk bisa berada
dalam ruang hati kita yang paling dalam. Mereka bagian cerita dari sisi lain
kehidupan. “Hey, mkau tahu, anak-anak itu hebat!” kemudian secara bertahap saya
berbaur dengan mereka. Saya main ke dunia mereka dan secara berkala akhirnya
saya pun mulai paha,, masing-masing kebutuhan khusus, berbeda cara
penanganannya. Ternyata, saya makin mencintai anak-anak seperti Kemal, Fitri,
Sensen, Jollyn, Darren, Zada. Saya pernah mengajari Kemal dengan penuh
kesabaran. Kemal sangat takut pada bunyi keras, takut pada keramaian. Dia
selalu mengeluarkan suara aneh dari mulutnya. Sampai akhirnya saya bangga
sekali ketika Kemal sudah bisa lebih tenang.
Sebuah
kesuksesan buat saya yaitu ketikamelihat perkembangan mereka satu per satu dari
hari ke hari, setiap sesi. Tentu saja rasa cinta kepada mereka yang membuat
saya sangat bahagia. Awalnya memang saya ingin menyerah, putus asa dan hampir
meninggalkan mereka. Saya belajar sabar ketika melihat mereka tantrum, mereka
menanhis dan seterusnya
Saya sering
terharu melihat anak-anak itu menjadi tenang dan bisa melalukan aktivitas
positif. Hati saya rasanya jauh lebih lega. Menangani mereka ketika sesi
terapi, dan tahu perkembangan positif yang pesat dari mereka menjadi
detik-detik yang mengharukan dan membanggakan bagi saya. Bagaimana Darren yang
tidak pernah mau berbicara dan memiliki kontak mata yang jelek, menjadi Darren
yang lebih tenang dan nurut saat sesi berlangsung serta mulai menggucap kata
"mama". Saya juga bangga ketika mereka berhasil menyelesaikan maintenance.
Saat ini
kemungkinan saya tak dapat bertemu lagi dengan Darren atau Kemal. Itu membuat
saya sedih. tetapi pasti saya akan bertemu dengan anak-anak special lainnya
ketika saya kembali bermain ke dunia mereka lagi. Dan saya ingin mencurahkan
segala cinta yang saya miliki.
"kau, tahu?
Mereka lah dunia ku sekarang.."
Darren
0 komentar