BOOK RIVIEW (PETER)
05.27
Judul : Peter
Penulis : Risa Saraswati
Penerbit : Bukune
Terbit : Cetakan keempat, April 2017
Tebal : 176 halaman
ISBN : 978-602-220-188-5
Sinopsis :
Apa kau tahu kalau ada juga hantu yang menyebalkan?
Ada, namanya Peter Van Gils !
Anak hantu keturunan bangsawan Belanda itu paling bisa membuatku gemas, kesal, marah, bahkan terkadang takut.
Tidak hanya manusia, empat sahabat gaibku yang lain juga sering kewalahan menghadapi tangan jahat dan sifat 'sok benar'-nya. Namun, suatu malam........ ku dapati dia murung dan sedih.
“dia rindu mamanya, Risa..........” Begitulah cerita yang kudengar.
Saat itu aku baru sadar, Peter sebenarnya begitu rapuh.
Kehidupan di dunia dan kematian yang membuatnya seperti ini. Dibawa jauh dari negerinya, lalu kehilangan ayah yang diidolakan dan ibu yang sangat dicintainya.
Kini, dia mengizinkanku membagi kisah hidupnya dan mengenal dunia Peter lebih dalam..........
Riview Analisa Peter :
Peter Van Gils. Anak keturunan Belanda yang menurut seorang Risa dia merupakan seorang anak yang menyebalkan.
Baik.saya akan bercerita dari sudut pandang saya saat belajar mengenal sosok Peter Van Gils meski hanya dalam buku.
Peter. Saat membaca bab awal, saya menjadi ingin memiliki seorang adik/anak seperti dia. Ya, ya, dia sangat menggemaskan sebagai seorang anak. Dia jahil. Dia sangat lucu ketika dia sedang ketakutan. Ya! Tapi bukannya anak-anak memang menyebalkan dan jahil hanya untuk mencari perhatian. (tengok adik/ponaan/anak kalian deh)
Peter. Saat bab kedua, seperti tercabik rasanya hatiku. Ingin kupeluk dia dan mengelus rambutnya dengan sayang, sambil berkata : ‘All is well” bagamana tidak, anak sekecil dia harus merasakan getirnya kehidupan kekejaman penjajahan jepang (Nippon). Peter itu anak yang hidup dan berkembang di lingkungan keluarga yang sangat menyayanginya. Ayahnya begitu tegas kepadanya. Saya paham, ayahnya seolah ingin berkata : “kamu akan jadi penerusku, nak, maka jadilah anak yang tangguh dan tidak manja.”
Peter. Saat membaca bab berikutnya, saya semakin diajak Risa untuk menyelami siapa sih Peter itu, apa istimewanya dia. Selain “hantu” Ya, ok, baik, mereka tidak ingin disebut dengan “kata itu”. Peter hanyalah seorang anak kecil yang berusia 13 tahun yang berjuang untuk dapat bersatu dan berkumpul bersama orang tua yang sangat disayanginya. Saya tidak bertemu dengan Peter langsung, tapi saya merasa bahwa dia sungguh anak yang luar biasa. Ya! Dia sudah bermetaforsir menjadi anak laki-laki yang hebat, penuh kasih, dan perduli. Saya yakin, apabila Peter dapat memiliki kehidupan lagi di kehidupan selanjutnya, akan banyak anak-anak yang ingin menjadi sahabatnya.
Dari sudut pandang humanistik, Peter hanyalah seorang anak yang pantas mendapatkan kasih sayang utuh dari siapapun. Termasuk bangsa Nippon! Sebagai manusia sudah sepantasnya kita memanusiakan manusia lain. Memberikan mereka hak untuk hidup, hak untuk dicintai, hak mereka sebagai anak-anak yang harusnya melewati proses tumbuh-kembang mereka. Jaman penjajahan tidak mengenal itu, hal itu membuat saya prihatin. Entah apa yang mereka perdebatkan sehingga insiden berdarah itu bermunculan.
Dari sudut pandang behavior. Peter mengalami pergolakan batin dan tidak memiliki prinsip hidup yang tepat. Dia masih seorang anak kecil yang masih harus berproses sehingga dia dapat mengenal dirinya. Ya, memang anak-anak belum dapat berproses cepat unuk menemukan jati diri mereka. Ketika dia bergaul dengan sang Ayah, dia harus mengadopsi perilaku sang Ayah. Tegas, acuh tak acuh, dan suka memarahi para inlander (pribumi). sementara saat bergaul dengan Ibunya, Peter mengadopsi perilaku yang ramah, penuh kasih, perduli sesama, dan tidak rasis. Bagamanapun sosok kedua orang tua adalah role model utama yang diidolakannya. Bahkan hingga kini, ketika Peter tidak lagi bernafas.
Dari sudur pandang psikoanalisa, meskipun dia anak yang jail dan menyebalkan bagi sahabat-sahabatnya (Hendrik, Hans, William, Jansen, Risa) sesungguhnya, sebagai seorang yang pernah bernafas, Peter memiliki trauma dari proses pengaruh yang kuat dari pengalaman masa lalunya. Seperti kekejaman Nippon. Kejahatan Nippon membuat seorang Peter tidak lagi bernafas. Anak itu kehilangan orang tuanya terlebih lagi kehidupannya dirampas dengan sangat tidak manusiawi oleh bangsa bermata sipit. Kematiannya sangat tragis, saya tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya ketika melihat langsung insiden itu. Selama ini, Peter berusaha bertahan melawan kekejaman yang dialaminya serta hal-hal buruk yang dialaminya semasa hidupnya dengan cara merepresnya ke dalam alam bawah sadar. Sehingga dari segi pandang Freud, Peter bisa diktakan dapat tumbuh menjadi pribadi yang pembenci, dan mungkin lebih mengarah kompensasi. (saya belum mengenal sosok Peter sepenuhnya :D) Namun ada satu titik dimana Peter merasa sedih ketika dia mendengar kata “Mama” atau ada yang menyinggungnya mengenai perihal Mamanya. Saya pribadi, sedikit-sedikit mengenal sosok Peter yang hanya saya baca dalam buku ini, merasa seolah melihat bagaimana batinnya tersiksa selama hidup-mati. Tidak mudah hidup dan berjuang seperti Peter saat masa penjajahan Nippon., dia hanya anak kecil yang lemah, rapuh dan berusaha merepres apa yang dia rasakan dan apa yang dialaminya ketika dia masih bernafas. Dia ingin ada seorang teman yang mau bermain dengannya dengan tulus, mendengarkan keluh kesahnya, berbagi pengalaman dan rasa sakit.
Dia pendek. Tubuhnya sangat pendek!
Peter Van Gils, tidak suka orang lain mengejek dirinya. Ini sebenarnya hanya bentuk salah satu konsep diri yang negatif dari seorang Peter. Konsep diri dimana kesadaran batin seperti bagian inti dari pengalaman manusia yang secara perlahan disombolisasikan mengenai dirinya. Dia tidak percaya diri dengan fisiknya. Tetapi semakin saya mendekati akhir bab, saya paham kok, saya tidak menyalahkan Peter yang memiliki konsep diri seperti itu : malu, merasa rendah diri karena masalah fisik. (jaman sekarang juga masih ada manusia yang suka bully fisik kok, wajr saja kalau ada mansusia menjadi rendah diri). Terkadang saya iri kepada Risa, dia di anugrahi gifted luar biasa dari Tuhan. Risa tidak hanya dapat melihat Peter, tetapi juga dapat berbicara dengannya. Saya yakin, Peter adalah anak yang luar biasa dan menginspirasi. Kisahnya, membuat kita untuk selalu menghargai hidup, dan menghargai sebuah keluarga. Kisah peter seolah berbicara : Nak, hidupmu tidak setragis Peter, kids jaman now. Berhentilah mengeluh dan hiduplah dengan baik.
Karakter sosok Peter yang dapat saya ungkapkan dari kacamata pribadi setelah membaca bukunya :
1. Pemalu
2. Manja sok kuat
3. Hatinya Rapuh
4. Penuh perhatian dan kasih sayang yang lembut
5. Jahil
6. Narsis
7. Setia kawan
8. Tulus
9. Seorang anak yang ingin didengarkan
10. Menggemaskan
1 komentar
"Agen poker terbesar dan terpercaya ARENADOMINO.
BalasHapusminimal depo dan wd cuma 20 ribu
dengan 1 userid sudah bisa bermain 9 games
ayo mampir kemari ke Website Kami ya www.arenadomino.com
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino"